
Oleh : Ahmad Yusran (Ketua BE BKLDK
Semarang Raya)
Allah swt berfirman : dan diantara
manusia ada yang menyembah Allah dengan berada di tepi, maka jika ia memperoleh
kebajikan, tetaplah ia berada dalam keadaan itu, dan jika ia di timpa bencana,
berbaliklah ia kebelakang. Rugilah ia di dunia dan akhirat. Yang demikian itu
adalah kerugian yang nyata [TQS. Al-Hajj
: 11].
Imam ibnu Katsir menyatakan,
“menurut Mujahid, Qatadah serta ulama - ulama tafsir lainya, bahwa yang di
maksud ‘ala harf, adalah ‘ala syakk (di atas keraguan) ayat
ini menyindir orang orang yang beribadah di atas keraguan.
Imam Qurthuby, di dalam tafsir
Qurthubiy, mengutip penafsiran Ibnu Abbas menyatakan, “ayat ini berhubungan
dengan kisah sebagai berikut ini : “sejumlah orang arab mendatangi Rasulullah
saw di madinah, kemudian mereka masuk islam. Jika setelah masuk islam, istri
mereka melahirkan anak laki laki dan ternak mereka berkembang biak, mereka
mengatakan bahwa islam adalah agama yang baik. Namun, sebaliknya jika mereka
mendapati bahwa istrinya melahirkan anak perempuan dan ternaknya tidak
berkembang biak, mereka mengatakan bahwa islam adalah agama yang buruk,
Kemudian murtad dari islam.
Kisah di atas adalah gambaran orang-orang
yang menyembah kepada Allah karena manfaat-manfaat atau kepentingan-kepentingan
duniawi. Mereka menjadikan perkara duniawinya menjadi poros kehidupanya. Jika
mereka mendapatkan keuntungan duniawi, atau mendapatkan kebahagiaan-kebahagiaan
bendawi mereka akan giat dan tentram beribadah kepada Allah. Sebaliknya,
tatkala mereka beribadah kepada Allah, kemudian mendapatkan berbagai fitnah,
celaan dan kerugian-kerugian harta benda, mereka segera berpaling dari islam.
Hal yang serupa juga terjadi di era
sekarang ini, banyak kaum muslim harus berpikir berulang kali ketika islam di
tawarkan untuk menjadi sebuah aturan dalam kehidupan, bahkan tidak sedikit kaum
muslim yang menolak tawaran tersebut, tidak sedikit juga kaum muslim yang
menganggap islam sebagai agama teroris, bahkan ada yang mengatakan juga bahwa
islam itu agama terdahulu dan sudah tidak relevan jika di pakai di era sekarang
ini.
Selain itu, banyak kaum muslim saat
ini berpandangan bahwa tugas seorang muslim di dunia ini adalah mencari kesenangan
dunia terlebih dahulu, baru setelah itu menyampaikan nasehat dan petunjuk. Itu
pun jika keberadaanya memungkinkan.
Di sisi lain, setelah di terapkanya
ideologi kapitalisme-sekuler kaum
muslim mulai berangsur angsur kehilangan jati dirinya, masing masing individu
sudah mulai kehilangan arah pandang yang jelas, bahkan tidak lagi nampak adanya
keseriusan dalam mempelajari islam sebagai sebuah mabda dalam mengatur
kehidupan. Asas manfaat dan kepentingan telah menjadi tolak ukur perbuatan,
hingga menjadikan pemahaman tentang islam menjadi terkaburkan.
Oleh karena itu, jika seorang
muslim menginginkan keridhoan Allah, maka tidak ada jalan lain, selain merubah
pemahaman seorang individu tentang islam. Menjadikan Allah satu-satunya tujuan
dalam ibadah dan kehidupan ini, bukan karena asas manfaat dan kepentingan
belaka sehingga menjadikanya taat beribadah kepada Allah ‘azza wajalla.
[Wallahu a’lam].
Post a Comment