Dunia seakan
gempar dihantui ketakutan akan virus Covid-19 yang telah banyak menelan korban
jiwa. Terlebih di Indonesia ketakutan yang muncul justru seakan di luar nurani.
Bagaimana bisa sekelompok warga menolak jenazah Covid-19 karena khawatir akan
menular kepada warga sekitar. Penolakan ini terjadi di beberapa wilayah. Tak
terkecuali penolakan jenazah pahlawan yang telah membantu warga selama ini. Perawat Rs Kariadi yang telah berjuang
menyelamatkan warga dari Covid-19 justru jenazahnya ditolak oleh beberapa oknum
provokator. Sungguh diluar nalar sehat akibat minimnya informasi yang diketahui
warga. Meninggalnya seorang perawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi
Semarang, yang jenazahnya sempat ditolak saat akan dimakamkan, menjadi
keprihatinan perawat di Jawa Tengah (https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/10/164500165/jenazah-perawat-rsup-dr-kariadi-semarang-ditolak-warga-perawat-kenakan-pita)
Peristiwa ini
menuai kritikan tajam. Tim medis Indonesia kembali berduka. Hingga muncul
pesan lewat foto yang viral di medsos
bertuliskan "kami berikan jasa kami, jangan tolak jasad kami".
Berbeda dengan
di Indonesia, di Madinah Arab Saudi jenazah korban Covid-19 di makamkan di
Baaqi, yaitu pemakaman yang diistimewakan. Sebab banyak sahabat Rasulullah SAW
dimakamkan disana. (https://surabaya.tribunnews.com/2020/04/12/di-madinah-jenazah-covid-19-diperlakukan-istimewa).
Dalam Islam,
korban meninggal akibat wabah termasuk syahid. Ini terjadi atas kehendak Allah
SWT. Bukan aib yang harus dihinakan dan menuai kecaman. Ini yang perlu
diketahui oleh masyarakat.
Proses pemakaman
memenuhi standar kesehatan, maka tidak perlu ada ketakutan berlebihan. Sebab
virus Covid-19 telah mati bersama jasadnya. Semestinya kita berempati, berdoa
dan memberikan dukungan kepada
keluarganya. Bukan mengucilkan keluarganya dengan alasan takut menular. Jujur
saja, tidak ada diantara kita yang ingin terkena wabah ini. Semua berharap sehat
dan selamat. Namun qadarullah ada sebagian orang yang harus gugur akibat
pandemi ini. Terlebih mereka pejuang kesehatan yang berkorban di garda
terdepan.
Perilaku
masyarakat yang berlebihan dalam menyikapi jenazah Covid-19 seharusnya menjadi
pembelajaran. Terlebih untuk pemerintah,
lemahnya informasi yang diketahui masyarakat disebabkan minimnya edukasi
yang dilakukan. Kominfo dan semua pihak pimpinan terkait harus bekerja keras
untuk mensosialisasikan perihal penularan Covid-19 ini. Pemerintah harus sibuk
melakukan pendekatan kepada masyarakat luas. Mulai di kota hingga pelosok desa.
Bukan sibuk dengan kegiatan dan urusan yang lain. Untuk saat ini maka pandemic
akibat Covid-19 ini yang seharusnya menjadi prioritas utama.
Jangan sampai
kegaduhan di masyarakat terjadi akibat lemahnya pemahaman terkait wabah ini
kembali terjadi. Sebab hal tersebut bisa memperburuk kondisi sosial masyarakat.
Kuncinya
tetaplah berusaha untuk tetap sehat. Ikuti saran ahli kesehatan perihal
pencegahan virus. Masyarakat harus saling bahu-membahu agar pandemic ini segera
usai.
Tata cara
menguburkan jenazah pasien virus corona COVID-19 sudah diatur dalam Fatwa MUI
Nomor 18 Tahun 2020 dan edaran Direktoran Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Kementerian Agama Republik Indonesia. Protokol menguburkan jenazah ini sedikit
berbeda dari penguburan biasa. Dalam Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Ibadah dalam Situasi Terjadi Wabah COVID-19, terdapat poin
bahwa pengurusan jenazah terpapar virus corona harus dilakukan sesuai protokol
medis dan dilakukan oleh pihak yang berwenang dengan tetap memperhatikan
ketentuan syariat. (https://tirto.id/tata-cara-protokol-menguburkan-jenazah-pasien-corona-covid-19-eKo3).
Maka sudah
semestinya kita muhasabahi bersama tentang munculnya penyakit Covid-19 ini.
Sebagai seorang muslim pasti semua mengetahui bahwa setiap musibah yang menimpa
kita adalah ujian untuk menaikkan derajat keimanan. Dan setiap kesabaran akan
berbuah pahala yang besar. Cara Islam memuliakan manusia bukan saja saat ia
hidup yakni dengan mewajibkan tunduk pada syariat agar bisa selamat dunia
akhirat. Melainkan terhadap jenazah yang sudah mati saja pun, aturan Islam memberikan
syariat yang mulia.
Dalam Sistem
Khilafah penguasa hadir dan memberikan keteladanan kelembutan hati dan kepekaan
rasa yang tinggi terhadap rakyatnya. Khalifah Umar bin Khattab misalnya, bukan
soal kecerdasan beliau dalam mengatasi persoalan negara saja yang kita
banggakan. Melainkan pribadinya yang agung dan lembut hati terhadap rakyatnya
memberikan contoh yang baik kepada rakyatnya. Khalifah Umar memang memiliki
kepribadian yang tegas, namun jiwanya yang lembut dan perduli terhadap
kesulitan rakyatnya menjadikan beliau
seorang pemimipn yang bisa diteladani. Bisa saja terjadinya krisis nurani di
negeri ini pun disebabkan akibat abainya
penguasa negeri ini terhadap musibah yang dialami rakyatnya. Penguasa
seakan tidak perduli dengan banyaknya korban akibat covid-19 ini. Hal ini
terlihat dari segi penanganan wabah yang masih plin plan dan lamban. Hanya
aspek keuntungan ekonomi dan pencitraan saja yang diperlihatkan. Inilah watak
asli kapitalisme. Penguasa sibuk memikirkan kerugian materi saja, dibandingkan
banyaknya kematian akibat ganasnya wabah. Sehingga membuat rakyat yang
kesulitan ekonomi dan krisis kesehatan ini harus juga mengalami krisis nurani
di tengah pandemic.
Wallahu A’alm
Bisshawab
Post a Comment