New Normal dan Skenario Penyelamatan Kapitalisme Global
oleh Ainul Mizan (Pemerhati Sosial Politik)
Wacana New Normal mulai bergulir. Semakin kesini, semakin jelas pula arah
kebijakan pemerintah terhadap pandemi.
Tentunya opsi herd immunity tidak akan diambil. Di samping terkesan sadis,
akan muncul sentimen bahwa tidak ada upaya apapun guna atasi pandemi.
Berbeda halnya dengan New Normal Life. Rakyat berdamai dengan Corona.
Rakyat bisa menjalani kehidupan biasanya di tengah pandemi, dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan. Tentunya ini bagi yang sehat. Sepertinya beda
tipis antara Herd immunity dengan New Normal life. Sama - sama membiarkan
orang berjuang sendiri menghadapi situasi pandemi. Sehat, sakit maupun
meninggal dunia resiko masing - masing. Kan sudah ada iuran BPJS yang
menanggung. Ya, masing - masing orang menanggung dirinya sendiri - sendiri.
Kebijakan New Normal di Indonesia rencananya diberlakukan mulai Juni 2020
untuk pegawai. Sedangkan untuk dunia pendidikan dimulai awal masuk tahun
ajaran baru. Jokowi sendiri melakukan pengecekan kesiapan terhadap
Summarecon Mall di Bekasi menjelang New Normal 8 Juni mendatang. Artinya
New Normal serentak akan dimulai 8 Juni 2020.
Kebijakan New Normal Indonesia tentu sejalan dengan kebijakan Negara
Gembong Kapitalisme, Amerika Serikat. New Normal Life di AS sudah dimulai
26 Mei 2020. Akhirnya New Normal menjadi tren setelah mendapat rekomendasi
WHO.
Di AS sendiri terjadi aksi demo menolak lockdown sejak 20 April 2020. Lalu
mulai tanggal 1 Mei 2020, terjadi aksi demo di belasan kota di negara
bagian California. Mereka membawa spanduk bertuliskan "Kebebasan adalah
esential", termasuk "Trump 2020". Warga AS yang demo menegaskan bahwa
mereka bisa menjaga dirinya sendiri. Hidup bebas prinsip mereka.
Bagi Trump sendiri, secara politik tidak menguntungkannya. Apalagi terhadap
ambisinya menjadi Presiden AS untuk periode ke-2. Akhirnya Trump
menetapkan, keadaan normal harus dijalankan baik vaksin Corona bisa
ditemukan ataukah tidak.
Menyelamatkan ekonomi negara, yang sejatinya adalah menyelamatkan ekonomi
Kapitalisme lebih urgen daripada menyelamatkan nyawa warganya. Kasus
positif Corona di AS sekitar 1,6 juta. Yang meninggal sekitar 338 ribu.
New Normal di AS erat kaitannya dengan pemilu yang akan dilaksanakan
Nopember 2020. Hal ini juga memberitahukan kepada kita sesungguhnya siapa
sebenarnya yang berkuasa di era Kapitalisme. Pemilu demokrasi membutuhkan
biaya yang super mahal. Tentunya suntikan dana dari kapitalis dibutuhkan.
Tanpa dukungan para kapitalis, termasuk konstentan yang meluas akan sulit
bisa memenangkan pertarungan pemilu. Apalagi di Pemilu Nopember mendatang,
Trump harus bersaing dengan 5 kandidat dari Partai Demokrat. Joe Biden
menjadi pesaing terberat Trump.
Jadi kebijakan The New Normal Life ini tidak lain adalah skenario
penyelamatan Kapitalisme global. Tanpa bergeraknya mesin - mesin ekonomi
melalui para kapitalis, tentunya Kapitalisme yang sekarat ini akan segera
menemui ajalnya. Paling tidak, dengan New Normal bisa sedikit mengerem laju
kematian Kapitalisme.
New Normal memastikan yang sehat saja, yang bisa bertahan. Yang sakit
tentunya kemungkinan akan berguguran. Satu sisi bisa mengurangi beban
keuangan negara. Sisi yang lain, industri farmasi dan asuransi bisa
melakukan perlambatan angka mortalitas. Mereka akan bekerja. Angka
mortalitas penduduk yang tinggi hanya akan mengubur Kapitalisme.
Ambil contoh, Moderna sebuah perusahaan bioteknologi AS. Moderna
mengembangkan vaksin mRNA-1273 untuk mengatasi Corona. Bahkan tidak segan -
segan, pemerintah AS menggelontorkan setengah milyar dollar. Rencananya
vaksin Moderna akan memasuki tahap ujicoba ke-2 dan ke-3. Ujicoba pertama
memberikan respon positif terhadap kekebalan tubuh manusia.
Demikianlah Kapitalisme. Suntikan dana yang besar akan diberikan pada
kapitalis dan korporasi. Walhasil, tidaklah mengherankan bila Perppu Corona
di Indonesia memberikan imunitas yang besar bagi penguasa dalam upaya
penyelamatan ekonomi nasional. Sejatinya yang dimaksud dengan ekonomi
nasional adalah mesin - mesin ekonomi para kapitalis yakni korporasi.
Dengan mengatasnamakan Corona tentunya.
Para pelaku bisnis seperti pemilik Mall, pengusaha minyak, tambang dan
lainnya, yang mati suri di tengah pandemi, menuntut agar bisa normal
kembali. New Normal menjadi pintunya. Bahkan tahap awal menuju New Normal
ditandai dengan disahkannya UU Minerba dan naiknya iuran BPJS.
Dengan naiknya iuran BPJS, mengharuskan rakyat memang harus bekerja normal.
Korporasi tetap eksis. Pekerja masih bisa membayar premi BPJS, di samping
gaji. Negara tidak pernah mengalami kerugian menjamin kesehatan rakyatnya.
Oleh karena itu, bisa dipahami mengapa UU Karantina tidak pernah bisa
dijalankan dengan baik oleh negara.
*Menyikapi New Normal*
Yang perlu disadari bahwa adanya pandemi ini mengungkap jati diri penguasa
sekuler. Yang abai dan rapuh sistem kenegaraannya. Jadi virus Corona ini
bekerja untuk mengakhiri Kapitalisme sekuler dan berbagai kedholimannya.
Adapun kaitannya dengan New Normal. Maka memberikan edukasi kepada umat
adalah hal yang terpenting. New Normal tidak lebih adalah skenario dan
propaganda agar umat tetap cengkeraman Kapitalisme.
Umat harus mulai membiasakan dengan konsep jaminan kesehatan yang islami.
Bukan jaminan dengan akad asuransi. Negara menjamin tanpa imbal balik dari
rakyat. Negara itu bukan korporasi. Negara itu melayani rakyat.
Negara bisa segera membebaskan diri dari cengkeraman korporasi. Semua
kekayaan alam diambil alih negara. Negara yang mengelola untuk sebesar -
besarnya kemakmuran rakyat.
Umat mulai membiasakan diri hidup tanpa tergantung riba. Negara mendirikan
bank tanpa riba. Kredit dari negara untuk menghidupkan sektor riil. Tidak
ada kepemilikan dan transaksi saham.
Tentunya sektor riil bisa dengan jalan menghidupkan ekonomi kerakyatan.
Konsep syirkah islami bisa berjalan berbasis masyarakat.
Begitu pula dunia pendidikan. Tentunya sebuah kebijaksanaan adalah
menyerahkan memulai pendidikannya diserahkan kepada kesiapan masing masing
sekolah. Sangatlah mengkhawatirkan orang tua bila di tengah pandemi, putra
- putrinya haruslah bersekolah.
Biarkanlah virus ini bekerja menuntaskan tugasnya. Seraya kita menikmati
New Normal Kapitalisme ini. Gerakan edukasi kepada umat akan semakin masif
baik secara online dan offline. Dengan demikian kita berharap akan semakin
cepat Kapitalisme sekuler ini tumbang digantikan dengan tatanan Islami yang
menyejahterakan dan menenteramkan.
Post a Comment